Jumat, 06 Maret 2009

Ke Mana Aku Hendak Lari?

Menghadapi masa transisi menuju dewasa itu, para orang tua harus tanggap bahwa keadaan tersebut bukanlah keadaan yang mudah dilalui dengan baik. Keadaan itu sungguh berat. Perlu ekstra kesabaran untuk menjalaninya. Terlebih di masa sekarang ini. Begitu hebat para wanita, artis, penyanyi berlenggak-lenggok mempertontonkan aurat mereka, baik itu lewat film, sinetron, pentas musik sampai dengan berbagai iklan yang menjual tubuh wanita untuk menarik pemirsa. Bahkan hal tersebut terorganisir sedemikian rapi. Siapa mengkritik mereka akan mendapatkan serangan balik.

Keadaan yang demikian ini hendaknya disadari oleh para orang tua. Anak-anak mereka berhadapan dengan bahaya yang tidak ringan. Janganlah dibiarkan begitu saja. Mereka harus mendapatkan jalan keluar dari semua masalah pubertasnya. Harus kita akui bahwa trend remaja saat ini adalah berkiblat pada kehidupan barat. Cara mereka berpakaian, berhias dan bergaul. Apakah kita hanya berdiam diri melihat keadaan ini? Hendak lari ke mana mereka untuk menyalurkan hasrat tersebut? Berilah mereka jalan keluar. Sayangilah mereka dan berilah banyak kegiatan positif. Bombing dengan penuh kasih sayang.

Wahai saudaraku, bila engkau berada pada usia-usia itu maka bertakwalah kepada Allah. Banyak-banyaklah menimba ilmu agama agar engkau selamat. Sibukkan dirimu dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan tinggalkanlah hal-hal yang sia-sia seperti berlama-lama di depan televisi. Bersabarlah, sebab jenjang pernikahanmu mungkin masih agak lama. Alhamdulillah bila Allah memampukan dirimu, sehingga bisa segera menikah, sebab menikah adalah obat terhadap semua masalah di atas.

Gejolak di Masa Remaja

Saudara-saudara kita para remaja yang sedang duduk di bangku SMP tengah mengalami suatu perubahan besar dalam hidupnya. Suatu fase di mana ia mulai dikaruniai oleh Allah SWT nafsu syahwat terhadap lawan jenis dengan kecenderungan yang jauh lebih besar daripada sebelumnya. Terlebih bagi laki-laki. Pada wanita pun demikian, akan tetapi Allah memberikan rasa malu yang lebih besar. Maha Suci Allah yang telah menjaga kehormatan para wanita.

Tanda-tanda perubahan pada laki-laki ditandai dengan adanya mimpi ‘basah’ yang dibarengi dengan keluarnya cairan sperma. Karena itulah wajib bagi orang tua untuk mengajarinya bagaimana bersuci sebelum anaknya menemui keadaan tersebut. Jangan karena merasa malu atau tabu lantas kita biarkan anak menghadapi masalah barunya tersebut sendirian tanpa ilmu yang benar. Ini adalah amanah dari Allah. Kejadian tersebut adalah fitrah dari Allah, maka hendaknya kita sungguh-sungguh membantu mereka agar bisa menjalaninya dengan baik dan benar.

Tanda-tanda yang lain adalah berubahnya nada suara menjadi lebih besar, tumbuh kumis, cambang dan di sekitar kemaluannya, dan pertumbuhan badan yang pesat. Sedangkan bagi wanita adalah suara menjadi merdu, datang bulan (haid), serta bentuk tubuh mulai berubah seperti bentuk tubuh wanita dewasa. Ini biasa terjadi di masa-masa SMP bahkan sebagian di akhir masa SD.

Fase ini adalah fase penting pembentukan kepribadian sebab mereka berada pada keadaan yang serba tanggung, anak-anak bukan, dewasa juga bukan. Di zaman ini mereka mendapat tugas untuk belajar, jadi mereka harus menunggu sampai tugas mereka tersebut selesai barulah orang tua mengizinkan untuk menikah. Allah telah menganugerahkan hasrat kepada lain jenis ketika masih SMP, sedangkan mereka baru diizinkan menikah minimal setelah lulus SMA. Itu saja sudah jarang, kebanyakan disuruh kuliah dulu sampai selesai, dapat pekerjaan, hidup mapan, baru orang tua berkata, “Sekarang cepat-cepatlah menikah!”

Pra Jodoh, Saat-Saat Kritis

Usamah bin Zaid r.a. dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Tiada kutinggalkan sesudah matiku suatu fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi lelaki selain dari fitnah (ujian) perempuan. (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam membahas masalah jodoh, perlu kita ungkap berbagai masalah syahwat di usia remaja agar para remaja bisa memetik pelajaran, terlebih para orang tua dan para kakak yang memiliki adik-adik remaja. Masa-masa itu bukan masa yang mudah untuk dilewati. Bila selamat dan baik dalam melewatinya maka ia akan tumbuh menjadi seorang pemuda yang berkepribadian shalih. Namun kalau sampai gagal, amatlah kasihan para remaja tersebut. Mereka sangatlah membutuhkan bimbingan dan pertolongan orang2 di sekitarnya. Ironisnya, para orang tua sering bersikap acuh terhadap masalah itu.

Mengintip Lauhul Mahfudz

Alkisah ada seorang yang dikarunuiai Allah bisa membaca takdirnya berkaitan dengan jodoh sebagaimana tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Ini tentu suatu karunia Allah yang sangat besar karena hanya segelintir orang yang memiliki. Namun sebelum kejadian berikutnya kita tidak tahu, apakah itu suatu bentuk karamah atau ujian baginya. Wallahu’alam bi showab.

Ketika mengintip Luhul Mahfudz, betapa kagetnya ia, ternyata calon istrinya nanti seorang perawan tua berwajah jelek yang tinggal di pinggir desanya. “Uh, Tuhan benar-benar Maha Humoris! Tapi, kali ini melucunya kok kebangeten sich?” begitu pikirnya. Wajar saja ia kaget karena selama ini ia dikelilingi oleh gadis-gadis cantik yang dipacarinya. Sejatinya ketika ia mengintip takdirnya, ia hanya ingin tahu di antara gadis-gadis yang mengitarinya itu manakah yang akan menjadi istrinya nanti.

Tentu saja ada pemberontakan di dalam dirinya, karena antara realitas yang dihadapinya sekarang dengan takdir masa depan yang dilihatnya sangat jauh berbeda. Ia tidak bisa mengerti, kenapa Allah begitu “iseng” dengan memberinya jodoh yang sangat jauh dari standarnya. “Oh my God, what do You mean dengan ini semua? Please, apa to maksude takdir-Mu ini?” begitu jerit hatinya.

Membayangkan kejadian tersebut, saya jadi takut untuk mengetahui takdir saya di masa depan. Karena jangan-jangan seperti lelaki itu, saya justru menjadi nggak ikhlas sama Tuhan. Padahal apa yang diberikan Tuhan pastilah yang terbaik buat kita, jadi tidak perlu dirisaukan. Kita hanya bisa bersyukur atau bersabar. Tapi jika saya diberi takdir seperti lelaki itu, apa ya bisa saya bersabar? Mungkin saya juga nggak bisa. A’uudzubillahi min dzaalika.

Kembali kepada lelaki tadi, kenapa Tuhan begitu “iseng” memberi ia jodoh dengan perawan tua yang jelek meskipun kaya? Menelusuri kisah lelaki itu, ternyata ada satu titik kritis yang dialami oleh lelaki itu beberapa tahun kemudian. Kalau sebelumnya ia hidup berkecukupan, bisa kuliah dengan uang kiriman orang tua, tiba-tiba ada suatu kejadian yang membalik sejarah hidupnya. Tiba-tiba ayahnya dipenjara gara-gara kasus korupsi miliaran rupiah. Ia pun jatuh miskin dan tidak bisa melanjutkan sekolah. Gadis-gadis cantik yang mengitarinya pun pada kabur menjauhinya. Sungguh kejadian yang tak dinyana.

Ia mencoba mandiri dengan merintis wirausaha, tapi karena memang tak punya bakat maka akhirnya gagal. Ia pun bekerja serabutan, baik yang halus maupun yang kasar, hingga sedikit demi sedikit ketampanan wajahnya mulai rusak. Dengan kondisi seperti itu, mana mau mendekat gadis-gadis “matre” yang dulu mengitarinya. Sungguh sengsara betul hidupnya.

Hingga suatu saat perawan tua itu mengulurkan pertolongan padanya. Bagaikan dewa penolong, perawan tua yang jelek itu membantu segala kebutuhannya, tanpa ada maksud minta imbalan sedikitpun. Karena bukan hanya ia saja yang ditolongnya, tapi masih banyak lagi kaum miskin yang dibantu olehnya. Hingga lama-kelamaan lelaki itu bisa merasakan betapa menariknya pribadi perawan tua itu. Kejelekan wajahnya ternyata tidak membuat akhlaknya menjadi buruk, bahkan justru teramat mulia. Tak salah lagi bila ia harus menikah dengannya.

Selasa, 03 Maret 2009

Antara Harta dan Cinta Sejati

Suatu kali, Abu Wardah bertanya pada Abu Nawas, “Abu Nawas, jika engkau harus memilih antara harta dan cinta sejati, yang mana yang akan engkau pilih untuk kebahagiaan rumah tanggamu?”

“Harta”, jawab Abu Nawas.

“Apa?”, teriak Abu Wardah. “Aku akan lebih memilih cinta. Harta tidaklah terlalu langka. Sebaliknya cinta sejati itu sangat langka di dunia ini.”

“Manusia selalu menginginkan apa-apa yang tidak mereka miliki,” jawab Abu Nawas. “Sebenarnya engkau hanya menginginkan apa yang tidak engkau miliki.”

“Cahaya Aurat”

Ribuan jilbab berwajah cinta

Membungkus rambut, seluruh tubuh, sampai ujung kaki

Karena hakikat cahaya Allah ialah terbungkus di selubung rahasia

Siapa bisa menemukan cahaya?

Ialah suami, bukan asal manusia

Jika aurat dipamerkan di koran dan jalanan

Allah akan mengambil kembali cahaya-Nya

Tinggal paha mulus dan leher jenjang

Tinggal bentuk pinggul dan warna buah dada

Para lelaki memelototkan mata, hanya menemukan benda

Jika wanita bangga sebagai benda

Turun ke tingkat batu derajat kemakhlukannya

Jika lelaki terbius keayuan dunia

Luntur manusia tinggal syahwatnya

(Emha Ainun Nadjib, 1990, Syair Lautan Jilbab, Sipress, Yogyakarta.)

Cahaya

Cahaya. Cahayalah yang selama ini ingin kita geluti, kita obok-obok, dan kita nikmati. Selain itu hanyalah benda, materi. Cahaya adalah ridla Ilahi yang memberikan jalan terang kemana kita harus menuju. Dengan cahaya, semua benda menjadi hidup dan kelihatan. Semua benda menjadi indah hanya jika ia tersentuh cahaya yang kemudian dipantulkannya masuk ke mata kita. Tak percaya? Masuklah ke dalam kamar yang sangat gelap tanpa cahaya sama sekali. Dalam kegelapan itu, keindahan apa yang kita dapat? Yang kita lihat adalah dunia kosong melompongkarena memang tak ada yang bisa dilihat. Jadi, tanpa cahaya sejati, hakikat dunia tampak hanya kekosongan persis kosongnya kamar gelap tadi.

Kejujuran dalam Doa harus disertai Ikhtiar

Jujur adalah suatu syarat yang sangat penting, baik dalam konteks hablum minannas maupun hablum minallah. Karena itu, doa yang jujur pun sangat penting bagi orang yang berdoa. Kejujuran dalam berdoa akan memposisikan orang yang berdoa pada titik awal yang konkret untuk memulai suatu proses yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, ia bisa membedakan antara harapan dan rencana masa depan.

Saya punya teman yang berencana menikah beberapa bulan lagi. Kepada orang-orang ia utarakan rencananya itu. Namun ketika saya tanya padanya, bagaimana rencana untuk bisa menikah beberapa bulan lagi itu, ia tidak bisa mengutarakan. Siapa jodohnya, atau siapa yang akan dilamarnya, ia bilang sudah ada namun belum tahu apakah si gadis itu mau dengannya atau tidak. Ketika saya tanya usahanya, ia jawab, “Ah, itu sih gampang. Kalau Tuhan menakdirkan, nggak akan meleset dech!” Maka saya bilang padanya, “Kalau begitu, apa yang kamu lakukan itu baru sebatas harapan!” Teman saya hanya tersenyum simpul.

Doa Abu Nawas meminta jodoh

Kadang-kadang ada orang yang merasa perlu sedikit “diplomatis” dalam rangka kepasrahan doa, seperti Abu Nawas berikut ini:

Abu Nawas telah berdoa terus selama berbulan-bulan agar segera mendapatkan istri, namun Tuhan tak juga mempertemukannya dengan gadis yang mau diperistri. Akhirnya doanyapun diubah: “Ya Allah! Kini aku tidak lagi minta untuk diriku. Ya Allah! Kini aku hanya minta untuk ibuku yang sudah tua, bukan untukku. Ya Allah, berikanlah dia menantu!”

Wuih, Abu Nawas ini, Tuhan kok dipolitisir! Bukankah menantu ibunya, ya berarti istrinya. Kayak Tuhan tidak tahu saja! Apa bisa dibenarkan doa seperti itu?

Dilihat isinya, tentu saja tidak ada yang salah dalam doa itu. Memang, mungkin Tuhan lebih kasihan kepada ibunya ketimbang pada Abu Nawas. Tapi sebenarnya yang harus dilakukan oleh Abu Nawas adalah memohon ibunya agar mau mendoakan langsung pada Allah agar ia segera ketemu jodoh. Bukan justru menutupi kepentingannya dengan doa yang seakan-akan menjadi kepentingan ibunya.

Namun, berprasangka baiklah dengan doa seperti itu. Barangkali doa seperti itu justru diterima Tuhan. Bukan karena tingginya pengetahuan orang yang berdoa, melainkan karena kadar “keluguan” alias kejujuran pada isi doa tersebut. Jadi, jangan langsung dicaci-maki dengan berbagai dalil-dalil fiqhiyah yang mengesankan kitalah yang menentukan terkabul atau tidaknya doa manusia. Takutnya, jika orang berdoa itu dipaksa-paksa justru menjadi tidak jujur berdoanya. Pikirannya tidak terfokus lagi pada Tuhan tempat meminta, tapi justru sibuk memikirkan syarat afdhal-nya doa agar diperhatikan orang lain.

Doa Nashruddin tentang jodoh

Pernahkah anda mendengar doa Nashruddin ketika tengah gandrung pada seorang wanita? Begini kira-kira arti bacaannya: “Ya Allah, kalau memang si fulanah itu baik buat saya, ya Allah, maka dekatkan dia kepadaku. Tetapi jika memang menurut-Mu dia tidak baik buatku, tolong sekali lagi tolong, pertimbangkan lagi ya Allah!”

He…he… kurang ajar betul Nashruddin ini. Tapi, tahukah Anda, siapa Nashruddin itu? Jika kita mau berkaca pada wajah kita barangkali tidak mustahil, kalau dia itu sesungguhnya adalah kita sendiri. Bukankah kita juga sering kurang ikhlas atau nrima pada takdir yang diberikan Tuhan?

Bukankah kita sering ingin mendapatkan yang terbaik bagi dunia dan akhirat, namun ketika mendapatkan yang sebaliknya kita jadi tidak sabar dan marah-marah. Padahal Allah sudah memperingatkan sebagaimana firman-Nya:


Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. An Nisa[4]: 19)


Memang manusia tidak bisa disalahkan dengan apa yang diketahuinya. Mereka menganggap baik sesuatu yang menarik hatinya, itu tentu tidak salah. Asalkan kemudian tidak melupakan hakikat sebenarnya dari apa yang disukai tersebut. Juga tidak melupakan tujuan hidup yang hendak dicapai. Hingga akhirnya dia bisa pasrah pada apapun kehendak Allah atas dirinya. Bukan hanya soal jodoh, tapi menyangkut segala hal.