Selasa, 03 Maret 2009

Doa Abu Nawas meminta jodoh

Kadang-kadang ada orang yang merasa perlu sedikit “diplomatis” dalam rangka kepasrahan doa, seperti Abu Nawas berikut ini:

Abu Nawas telah berdoa terus selama berbulan-bulan agar segera mendapatkan istri, namun Tuhan tak juga mempertemukannya dengan gadis yang mau diperistri. Akhirnya doanyapun diubah: “Ya Allah! Kini aku tidak lagi minta untuk diriku. Ya Allah! Kini aku hanya minta untuk ibuku yang sudah tua, bukan untukku. Ya Allah, berikanlah dia menantu!”

Wuih, Abu Nawas ini, Tuhan kok dipolitisir! Bukankah menantu ibunya, ya berarti istrinya. Kayak Tuhan tidak tahu saja! Apa bisa dibenarkan doa seperti itu?

Dilihat isinya, tentu saja tidak ada yang salah dalam doa itu. Memang, mungkin Tuhan lebih kasihan kepada ibunya ketimbang pada Abu Nawas. Tapi sebenarnya yang harus dilakukan oleh Abu Nawas adalah memohon ibunya agar mau mendoakan langsung pada Allah agar ia segera ketemu jodoh. Bukan justru menutupi kepentingannya dengan doa yang seakan-akan menjadi kepentingan ibunya.

Namun, berprasangka baiklah dengan doa seperti itu. Barangkali doa seperti itu justru diterima Tuhan. Bukan karena tingginya pengetahuan orang yang berdoa, melainkan karena kadar “keluguan” alias kejujuran pada isi doa tersebut. Jadi, jangan langsung dicaci-maki dengan berbagai dalil-dalil fiqhiyah yang mengesankan kitalah yang menentukan terkabul atau tidaknya doa manusia. Takutnya, jika orang berdoa itu dipaksa-paksa justru menjadi tidak jujur berdoanya. Pikirannya tidak terfokus lagi pada Tuhan tempat meminta, tapi justru sibuk memikirkan syarat afdhal-nya doa agar diperhatikan orang lain.

1 komentar:

  1. Doa tertinggi adalah kita merasa tak mampu sama sekali, dan hanya Dia yang bisa....
    tapi ini hanya manis di bibir...prakteknya ego atau keakuan kita ..dgn kepandaian..ke kayaan..kekuasaan..dst...menghijab kita bersyujud..sebagaimana iblis tak mau bersujud dengan kekasihNYa..Adam yang terbuat dari tanah.

    BalasHapus